Monday, April 2, 2012


Kamu dan Rona matamu

Maafkan aku karena tak mampu berhenti memikirkan rona matamu
Ada semesta bisu yang selalu memanggilku

Juga samudra yang selalu memperbincangkanmu
Selalu saja galau setelah itu

Rindu suara semesta atas kisah kita,
Adalah rindu degub nadi yang selalu kucinta
Masihkah ini akan menjadi cerita?

Karena langit lupa bilang
Dia selalu ingin senyum jika ingat matamu

Karena tadi pagi mentari lupa bilang,
bahwa senyummu sungguh
Menawan.
Maka malam ini rembulan menyatakannya,
Lewat sang sabit berbalut awan.
Have a nice dream

Pury Laras

Aditya : Pertikaian kita 

masih ingatkah kamu pada pertikaian lembut antara aku dan kamu.
antara mulutku dan mulutmu. 

antara lidahmu dan lidahku.

kita lepaskan hasrat kemarahan cinta,
hingga titik kulminasinya,
Kita jajaki rasa
hingga koeksistensi damai terjadi dengan sempurna

Kemarahan yang sempurna
Kesedihan cinta yang begitu mendera
Kini Lampus menyisakan jelaga
Dan saga merah menganga

Pury laras


SONIA: Ketika rembulan semerah saga

Katanya rona rembulan sewarna saga?
aku melewati tanpa bermimpi.
Tak ada kemesraan dari sang angin,
bahkan embun mengutuk angin yang terlalu dingin

Tak mampu lagi kuterjemahkan sepi,
saat rembulan termakan KALA,
terhimpit diantara kabut.
Tersisa hanya buncahan darah tercecer di langit.

Katanya rona rembulan sewarna saga?,
aku melewati tanpa bermimpi.
Tak ada kemesraan dari sang angin,
bahkan embun mengutuk angin yang terlalu dingin.
rasanya malam ini aku terasing dari peradabanku tentang kamu ...

Aku mau meniduri malam...
Sayangnya selimutku membangkang...
Dia bilang ini sudah pagi ...
Tak lagi berharga jika lupa apa arti mimpi.
aku ajak mimpi pergi, iyapun membangkang...
katanya : tak perlu mimpi, jika tak hendak bangun dan berbagi ...
aku mau meniduri malam ...

Tanah abang,
Endah Nurdiana

LAGU ADITYA untuk SONIA : arti kehidupan;

Karena berada diantara kedalaman samudra
Seluruh hidup bagiku, adalah kerinduan mendamba untuk di damba.
disaat pertama terjatuh dan tersakiti
dan di tinggalkan setelah melukai " dalam arti fisik dan jiwa".

"Ku mencari arti kehidupan"
 berjuang, berjalan, melangkah, berusaha tetap hidup,
dan menemukan diriku yg berkali kali hilang,
hingga pada titiknya.
Mencintai diri sendiri adalah pilihan
Bahkan seorang guru mengatakan
"Cintai dirimu dulu, lalu semesta pasti mencintaimu".

"Mendaki gunung kekecewaan",
 menyerah, bukanlah pilihan
aku tak mampu lagi melawan semesta yg dipermainkan oleh mahluknya.
Aku menyerah kalah,
Hingga bersujud pada kehendakNYA
Dan hanya bisa tertunduk tertumpu pada kegelapan awan awan
Dalam lelah, dalam kejatuhanku
Aku hanya berani bersumpah
Untuk tak lagi bermain dengen kehendak semesta.
Aku menyerah kalah...

Setiap hidup adalah kejutan
Setiap perjalanan adalah kemampuan untuk mempertahankan dignity kemanusian.
Aku dan kemanusiaanku
Adalah waktu yang hanya bisa ditapaki
Satu demi satu

Ketika jelmaan sebuah khayalan berwujud “kamu”
Maka, tergambar cobaan yang syarat dengan makna.
Seperti dunia yang ingin dibalikkan kekuatannya
Cinta “mu”lah yang mampu menampungku pada telapak tangan

Jelmaanmu adalah saat aku ketakutan akan dunia yang berwujud “Cinta”
Jelmaanmu adalah khayalan yang tak pelak aku terhujam dicekam kekagetan
Jelmaanmu adalah wujud tanpa makna yang juga menggelegar seperti asa.
Dan jelmaanmu dihadapanku adalah pertanyaan atas kekuatanku untuk tak mau lagi tersakiti.

Tahukah kamu, karena aku pernah berdoa untuk meminta.
Aku hanya meminta tak lagi jatuh cinta
Karena aku takut tersakiti
Karena aku lelah menanti
Tapi
Bahkan wujudmu telah melampaui pintu hatiku
Apakah aku masih punya airmata untuk menangis?
Aku tak tau...

Ketika telapak kaki tak lagi bisa membedakan
Kapan saat tertidur
Kapan saat melangkahi kehidupan
Maka senja berwarna biru menjelang malam
Adalah perbatasam hidup
Antara nafas dan keabadian.

Pernahkah kamu dalam situasi ini sayangku?
Ketakutan akan tidur lelap dan terlena
Karena kengerian atas mimpi diantara hidupku
Dan kesengsaraan disaat membuka mata
Karena kesadaran akan realita.

Pernahkah kamu seluka ini?
Hingga kenikmatan ada diantara terjaga sekaligus tertidur
Karena diantaranya aku bisa merangkai semesta hatiku sendiri
Semesta yang terkendali oleh janji dan iman pribadi.
Karena aku masih merasa mampu memohon ampun pada Sang Khalik.

Pernahkah kamu sesedih ini?
Ketika bayangan akan sebuah cinta bisa terlengkapi
Sempurna karena itulah kehendak diri
Hingga suatu saat melompat, berlari
Menghilang, dan kembali pilu

Sebuah perjalanan dan likunya
Adalah mimpi yang termaknai dalam cercahan hati
Aku takut pada keinginanku
Aku takut juga pada kesadaranku
Lagi dan lagi
Aku ada diantara kematian dan nafas semesta.

Kalau aku harus menyerah
Maka aku harus menerima diriku
Bahwa aku jatuh cinta
Sekali lagi, dan berharap ini terakhir kali

Jakarta,
Tanah Abang
Endah

SONIA  untuk Aditya: Berharap satu titik waktu abadi
berharap satu  titik waktu abadi,
disana aku bersemayam dalam sudut hatimu.
mendekam sambil mengucap takzim namamu,
sebelum bongkahan cahaya menyilaukan waktu yang bernama pagi.

tanpa wujud, tanpa kata, apalagi sebentuk aksara?. 
wujudmu tak kentara disudut ini,
 hanya nafas yang bernama "cinta",
bahkan tanpa alunan nada.

Setiap pergerakan dan gemulai tubuh yang kita lalui bersama,
Tercatat oleh waktu sang lini kala.

berharap satu titik waktu abadi,
tumbuhnya kuku jemari,
memanjangnya setiap helai rambut yang ada di tubuhku dan kamu,
selalu saja kita temukan pergerakan waktunya dengan sempurna.

kita selalu saja terjerembab dalam medan waktu tak bercahaya.
betapapun seringnya hal ini terjadi.
kita akan kembali lebur dalam keindahan cahaya.
 Lagi dan lagi.

selalu aku dan kamu yang menatapnya,
dan tiba saatnya,,, ini semua menjadi "kita".
antara melenyap, tiada, lalu berupa.
kita ada dalam titik waktu yg kita tau pernah ada.

menangis, tertawa, meregang diantara pandangan mata dan langit langit usang tanpa paham kehidupan?.

aku dan kamu tak ingin menyesatkan diri dalam kisah bak padang luas yg tak cepat menemukan belantaranya.

kenalkah kamu padaku?,
kenalkah aku padamu?,
pertanyaaan yg melintas diantara padang rerumputan.
dan bertanya pada pohon kehidupan yang cuma ada satu  tanpa daun yang tumbuh berarti.

pertanyaan tadi,
membuatmu dan aku tersenyum,
sedikit tergelak,
lalu terbahak,
 hingga tak mampu mengekang air mata.

"kita" tak pernah membiarkan tawa di tubuh ini sedemikian meledak
hingga membuat bintang selatan tersedak
Kita hanya biasa tersenyum sambil berharap bahwa hal itu akan penuh arti.

lewat suara tersedak dan terbahak,
"kita" akan terus melewati berbagai bentuk kelahiran,
kematian, ketidak berartian, bahkan keberartian yang tak terperi.

coba lantunkan, sekali lagi, setiap detak yang terucap mengenai "cinta",
dan kita mengharap akan terus abadi,
hingga bumi tak lagi terserang jutaan cahaya.

jika kelak semesta memecah raga,
maka masih akan ada jiwa jiwa yang melantunkan kisah cinta.

kita akan memadu rasa,
yang tak berwujud sama ketika raga tengah memagut. tidak!!,
tapi kita tetap berada diantara cinta yang saling bertaut.

berharap satu titik waktu abadi,
maka cintalah yang mengabadikannya. 
kenangan ini akan kuabadikan,
meski diantara cahaya yang mengambang tanpa sentuhan.
di sela sela cahaya rembulan yang pucat kesiangan.

kenangan akan cinta ini kasihku.
dari  alam yang sering mereka sebut tidur abadi,
 akan tetap kunikmati,
lantun suara "cinta" milikmu,
pada ladang kehidupan.

semua kisah ini sayangku,
adalah memori  indah yang terekam,
sejak pertama kupahami paru2ku butuh udara.
hingga saat kamu berada diantara kelopak mata setiap malamnya.

berharap satu titik waktu abadi,
 maka "cinta"mu lah yang kini menemani saat udara tak lagi hadir disela sela paru.
disaat jiwa jiwa indah telah menjadi "kita".

pury laras,
endah

Sunday, April 1, 2012

Kerinduan Sonia  pada Aditya

Aku rindu sebuah "kegelisahan" menjelang sarapan pagi
aku rindu sapamu yang selalu dimulai dengan kata "jangan lupa buatkan aku peachtea"
 sebuah pagi dengan Matahari yang enggan beranjak menjadi siang
 sebuah pagi dengan pelangi diantara senyuman   –endah-

lalu gerimis turun, memberi waktu untuk membayangkanmu, mengangsurkan payung atau memasang jaket hujan. Jika gerimis disertai petir, ada alasan buatku untuk memelukmu....berlindung dari tepias air dan kilauan petir  -cok-

Di salah satu sudut hari yang bernama pagi,
 antara gerimis dan matahari,
aku bahkan tak sempat menikmati angin yang membelai pipi
sinar mentari tersamarkan melalui matamu yang kemilau
belaian angin tergantingan oleh jemarimu yg membelai pipiku
dan gerimis di sertai petir bahkan melembutkan suaranya karena tak hendak menyangi suaramu yang selalu menyebabkan aku terbahak tak terkendali.
kegelisahan pagi yang selalu aku rindu karena menunggumu berada di kursi kupu kupu diberandaku. –endah-

ah, pagi sempatkanlah singgah dengan mentari, biarkan cahaya memberi warna baru di senyummu, lalu aku ingatkan diri: sarapan yang manis, mengunyah segala kerinduan, sarapan yang hangat, melenakan diri dalam sapaan. lalu gerimis itu, membuatku menoleh, semua jendela telah ditutupi gerai plastik dan bayangmu tetap melambung mengalah pekat awan....dan kilaunya itu,  pastilah dari senyumanmu –cok-

Segeralah pagi, karena mereka bahkan mengingkari senja karena rindu akan sapamu
 gerimis yang menghentak rancak mengantarka lamunan, menerbangkanmu melewati setiap untaian cahaya | pagi nanti pesananmu tak lagi peachtea,
 susu coklat hangat yang senada dg hangat nya tatapanmu dan warna matamu, mewakili gairah yang takkan lampus diantara waktu. Pagi ini kamu bilang "akan kulampaui waktu - untuk pagi bersamamu" –endah-

Endah Nurdiana dan Cok Sawitri
Pury Laras II
26 Maret 2012

Rengkuhan Aditya


Atas rengkuhanmu kanda
Aku hanya minta
"Tolong lucuti aku"

Kita eja malam ini dengan cinta
Meski jubahku lampus
Meski tinggal jelaga yg tersisa

Sudutmu menguak malam tanpa kata
Kisah kita ini tak kan bersisa
Hanya jelaga
Hanya jelaga

Endah Nurdiana